Peran Intelektual Kalimantan Barat


Oleh :
Zuldafrial

Arti Intelektual
Julian Benda 1(1867-1956) dalam karyanya yang termasyur La Trahison des Clercs (Pengkhianatan Kaum Cendikiawan) menggambarkan cendekiawan dalam sosok ideal yaitu semua orang yang kegiatan utamanya bukanlah mengejar tujuan-tujuan praktis, tetapi yang mencari kegembiraan dalam mengolah seni, ilmu atau renungan metafisik. Mereka adalah para ilmuwan, fisuf, seniman dan ahli metafisika. Adapun contohnya antara lain Thomas Aquinas, Roger Bacon, Galileo, Descrates, Pascal, Leibniz, Kepler, Newton, Voltaire, Montesquieu. Sedangkan Edward W. Said mendefinisikan intelektual sebagai individu yang dikaruniai bakat untuk merepresentasikan dan mengartikulasikan pesan, pandangan, sikap atau filsafat kepada publik. Antonio Gramsci di dalam bukunya yang berjudul Selections From Prison Notebooks (1978), mengatakan ‘semua orang adalah intelektual, tapi tidak semua orang memiliki fungsi intelektual’. Gramsci mengelompokkan dua jenis intelektual. Pertama, intelektual tradisional semacam guru, ulama, dan para administrator. Kelompok pertama ini menurut Gramsci dari generasi ke generasi selalu melakukan hal yang sama. Kedua, intelektual organik, yaitu kalangan profesional. James Petras mengelomokan intelektual dalam tiga kelompok, intelektual dalam organisasi non pemerintah/LSM, intelektual dalam dunia akademik dan intelektual public seperti penasehat-penasehat serikat buruh, professor dan pemimpin partai politik atau wartawan atau penulis lepas.
Pekerjaan seorang intelektual adalah mempertahankan negara dengan kewaspadaan, selalu sadar akan tugasnya untuk tidak membiarkan kebenaran diselewengkan atau menerima satu ide yang dapat menguasai seluruh kehidupan. Dalam hal ini seorang intelektual berperan sebagai benteng akal sehat yang kritis terhadap kekuasaan. Seorang intelektual itu, tidak bebas nilai atau netral. Seorang intelektual harus berpihak yakni terhadap kelompok lemah yang tertindas. Seorang intelektual harus berani membela kebenaran dan selalu berpikir dan bertindak untuk kepentingan masyarakat bangsa dan negara.
Ancaman khusus intelektual saat ini baik di Negara-negara Eropa Barat, Eropa Timur maupun di Negara-negara Berkembang, bukanlah pemerintahan yang otoriter, bukan kekuatan politik, bukan pula komersialisme mengerikan dari jurnalisme dan media massa, tapi justru sikap profesionalisme. Sikap profesionalisme adalah bahaya laten yang dapat menurunkan derajat intelektual seseorang. Menganggap pekerjaan sebagai seorang intelektual merupakan sesuatu yang dilakukan untuk penghidupan antara pukul tujuh pagi sampai pukul lima sore
Tekanan bagi seorang intelektual lainnya adalah penyimpangan tak terhindarkan ke arah kekuasaan dan otoritas di lingkungan pendukungnya ke arah perolehan dan pemilikan kekuasaan serta pendayagunaan langsung olehnya. Pertanyaan tentang moralitas dan keadilan dikesampingkan oleh kaum intelektual. Sebab adanya hubungan yang ‘intim’ antara penguasa dan kaum intelektual dalam menangani berbagai proyek yang diberikan penguasa.
Tugas suci sebagai pembela kebenaran yang tidak berpihak kepada pemerintah nampaknya gagal ketika berhadapan dengan kepentingan pemerintah yang selalu dilandasi semangat penaklukan dan penjarahan. Keadaan tersebut telah menihilkan peran intelektual secara individu untuk mempertanyakan dan menentang kebijakan pemerintah yang merugikan masyarakat

Peranan Intelektual di Kalimantan Barat
Kaum intelektual di Kalimantan Barat jumlahnya cukup banyak. Mereka memiliki potensi yang besar untuk turut berperan dalam pembangunan daerah. Mereka menempati berbagai posisi dalam berbagai bidang. Ada yang kelompok birokrat pembuat kebijakan public, Kelompok ilmuwan yaitu peneliti, kelompok teknokrat bergerak di bidang pembangunan infra struktur, kelompok pemerhati atau pengamat mengkritisi kebijakan pemerintah, kelompok ekonom, budyawan dan lain-lain.
Berdasarkan pengamatan, mereka sebagian besar sudah menjalankan fungsinya namun belum maksimal. Kebijakan di bidang pendidikan misalnya banyak guru-guru yang diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke S 1 dalam usaha untuk memenuhi kualifikasi guru sesuai dengan tuntutan undang-undang guru dan Dosen. Banyak penelitian-penelitian yang telah dilakukan,oleh akademisi namun belum mempunyai nilai praktis bagi kepentingan pembanguanan. Banyak kritik-kritik yang telah diberikan oleh para pemerhati terhadap kebijakan pemerintah sebagai kontrol sosial.
Namun sayangnya, masih ada sebagian dari para intelektual ini tidak men jalankan peranan dan fungsinya sebagai mana mestinya. Budaya hedonisme, materialisme telah melunturkan sikap profesionalnya sebagai seorang intetelektual. Godaan-godaan tersebut telah membuat sebagian intelektual menjadi instrument fihak-fihak yang berkepentingan. Terjadinya kolusi, korupsi dan nepotisme dalam pekerjaannya merupakan suatu indikasi yang tak terbantahkan. Banyak kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh para birokrat yang tak terungkapkan. Para guru besar di perguruan tinggi yang banyak menghabiskan waktunya mengajar, tidak produktif dalam menulis dan melakukan penelitian-penelitian yang bermakna bagi kepentingan masyarakat sesuai dengan keahliannya. Jika hal ini berlanjut terus menerus, maka akan merugikan pembangunan daerah.
Oleh karena itu sudah sepantasnya Kalimantan barat sebagai Provinsi yang sedang berkembang harus melakukan langkah-langkah memberdayakan intelektual. Para intelektual ini sedikit banyak memiliki peranan dalam mengantarkan Kalimanatan Barat mejadi provinsi yang maju dan sukses dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Untuk menjadikan perovinsi Kalimantan Barat menjadi daerah yang maju maka semua intelektual yang ada harus menjalankan peranan dan fungsi sebagai intelektual sesuai dengan bidang dan keahlian masing-masing.
Mengingat letak wilayah yang berdekatan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam, sudah sepantasnya intelektual Kalimantan Barat dapat membangun daerahnya seperti daerah-daerah yang ada di negara tersebut. Keinginan ini tidak akan terwujud jika kita hanya berdiam diri saja menyaksikan pembangunan yang ada tanpa melakukan aksi. Akan lebih baik jika kita dapat memanfaatkan potensi yang kita punyai untuk daerah, seperti yang pernah diucapkan oleh Abdullah Gymnastiar, yakni mulailah dari diri sendiri.
Untuk memberdayakan kelompok intelektual ini, sejumlah tokoh muda Kalimantan mendeklarasikan Jaringan Intelektual Muda Kalimantan (JIMKa), 1 April 2009 lalu di Jakarta. Deklarasi ini tidak hanya dihadiri oleh tokoh-tokoh muda Kalimantan yang berasal dari berbagai daerah di penjuru tanah air, tetapi juga dihadiri oleh sejumlah intelektual muda Kalimantan yang berada di Inggris, Belanda, Selandia Baru, Kanada, Amerika Serikat, Australia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Pendirian jaringan intelektual ini dilandasi semangat untuk membangun Kalimantan masa depan yang lebih baik. Ada dua alasan mengapa jaringan intelektual ini perlu dibentuk. Pertama, untuk menjalin komunikasi antar sesama angota jaringan intelektual Kalimantan di seluruh dunia. Kedua, untuk berbagi pengalaman dan bertukar pikiran bagi kemajuan dan masa depan pembangunan Kalimantan yang sedang diperjuangkan tokoh-tokoh Kalimantan di daerah. Ketiga, untuk mempromosikan seluruh potensi daerah Kalimantan ke seluruh nusantara dan manca Negara. “Apalagi sekarang, masyarakat Kalimantan sedang memperjuangkan hak-haknya mendapatkan dana perimbangan lebih besar termasuk upaya untuk mendapatkan status otonomi khusus dari pemerintah pusat. Ke depan jaringan intelektual ini diharapkan dapat menjadi semacam partner pemerintah daerah di seluruh wilayah Kalimantan untuk merumuskan langkah-langkah strategis kebijakan pemerintah daerah di Kalimantan yang benar-benar berpihak pada masyarakat.
Mudah mudahan dengan terbentuknya Jaringan Muda Intelektual Kalimantan ini, akan dapat memberdayakan kaum intelektual Kalimantan Barat dalam memberikan konstribusinya bagi pembangunan daerah Kalimantan Barat khususnya dan Kalimantan pada umumnya di segala bidang sesuai dengan keahlian dan profesi masing-masing.
Penutup
Dalam membangun daerah Kalimantan Barat, diperlukan kaum intelektual yang mempunyai komitmen dan kemampuan serta kemaun untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan bidang keahliannya. Di Kalimantan Barat, banyak putra-putra daerah yang pintar dan cerdas namun hanya sebagian saja telah bebrbuat untuk kepentingan daerah sesuai dengan keahliannya.Ke depan peran intelektual ini perlu didorong dan diberdayakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah dalam rangka membangun daerah ini.

Daftar Bacaan
JPNN.Com : Tokoh Muda Kalimantan Barat, 06 April 2009
JPNN.Com : Peran Intelektual : Bedah Pemikiran Edward Said, 02 November 2009
JPNN.Com : Peran Intelektual dalam Perubahan Sosial, 20 Februari 2008
Harian Berkat : Setumpuk Kasus Korupsi Mandek, 22 Juni 2010

Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar